BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Tujuan Percobaan
1.
Menentukan konsentrasi asam basa secara
konduktometri
2.
Menentukan konstanta sel konduktansi
3.
Menentukan kelarutan AgCl secara
konduktometri
1.2
Latar Belakang Teori
1.2.1. Hantaran Larutan
Penghantar
listrik merupakan fenomena transport, yakni perpindahan sesuatu yang bermuatan
(baik dalam bentuk elektron maupun ion) melalui sistem. Oleh karena itu, hukum
atau persamaan yang berlaku untuk penghantar logam juga berlaku untuk
penghantar yang lainya termasuk elektrolit.
I=∆ ǿ/R
Persamaan
diatas dikenal sebagai hukum ohm. Pada persamaan
tersebut, I merupakan kuat arus yang mengalir melalui medium (konduktor), ∆ ǿ
beda potensial listrik sepanjang medium dan R tahanan dari medium. Dalam sistem
SI, kuat arus dinyatakan dalam ampere (A), perbedaan potensial dalam volt (v)
dan tahanan dalam ohm (Ω). Tahanan sepanjang medium bergantung pada ukuran dari
konduktor. Untuk konduktor dengan luas penampang yang sama:
R=pl/A
Dimana:
l =panjang (cm)
A= luas penampang (cm)
p= tahanan jenis (cm)
R= tahanan dari medium ohm
(Ω)
Tahanan
jenis merupakan sifat khas dari zat penyusun konduktor. Kebalikan dari tahanan
adalah hantaran, l dan kebalikan dari tahanan jenis adalah jenis atau daya
hantar jenis, dari symbol huruf Yunani , k (dibaca: kappa)
(Nugroho,2010).
1.2.2. Daya Hantaran (k)
Tahanan (R) dari suatu
penghantar listrik berbanding lurus dengan panjang (l) dan berbanding terbalik
dengan luas penampang (A). Jika R dinyatakan dalam ohm (Ώ), l dalam meter (m)
dan A dalam m2 maka satuan dari ρ adalah Ώ m, sedangkan 1/ ρ adalah
daya hantaran (k ) dengan satuan ohm-1 cm-1 (Ώ cm-1).
1
L =
R
L = Ls A
l
Dimana,
L= daya hantar
(mho)
Ls= daya hantaran jenis (mho/cm)
A = luas
penampang bahan, luas elektroda (cm2)
l = panjang bahan, jarak antar elektroda
(cm)
Ø Mekanisme Penghantar Listrik
Aliran
listrik melalui suatu konduktor (penghantar) melibatkan perpindahan elektron
dari potensial negatif yang tinggi ke potensial lainnya yang lebih rendah.
Dalam penghantar elektronik, seperti padatan dan lelehan logam, penghantaran
berlangsung melalui perpindahan elektron langsung melalui penghantar dengan
pengaruh dari potensial yang di terapkan. Dalam hal ini atom-atom
penyusun penghantar tidak terlibat dalam proses tersebut. Akan tetapi pada
penghantar elektrolitik, yang mencakup larutan elektrolit dan lelehan
garam-garam, penghantaran berlangsung melalui perpindahan ion-ion baik positif
maupun negatif menuju elektroda-elektroda.
Mekanisme
elektrolisis bahwa elektron masuk dan keluar dari larutan terjadi melalui
perubahan kimia pada elektroda-elektrodanya.
Ø Pengukuran hantaran jenis
larutan
Hantaran
jenis larutan tidak dapat diukur langsung, yang dapat diukur langsung adalah
tahanan dari suatu larutan elektrolit. Selanjutnya hantaran jenis dapat
digunakan dengan menggunakan persamaan dibawah ini:
Ls = L l
A
Tahanan
(R) dari suatu larutan elektrolit tidak dapat diukur dengan baik jika digunakan
arus searah, karena akan terjadi peristiwa, karena akan terjadi elektrolisis
yang mengakibatkan perubahan konsentrasi elektrolit dan penumpukan hasil
elektrolisis pada elektroda akan mengubah tahanan larutan. Untuk menghilangkan
hal tersebut digunakan arus bolak-balik. Elektroda yang digunakan adalah
platina yang dilapisi platina hitam (Nugroho, 2010).
Untuk
memaksimumkan kepekaan dalam pengukuran larutan dengan hantaran tinggi diperlukan
suatu sel dengan tetapan sel yang tinggi. Suatu larutan dengan konsentrasi yang berbeda akan
mempunyai hantaran jenis yang berbeda, karena volume larutan dengan konsentrasi
berbeda mengandung ion yang berbeda. Karena itu, untuk memperoleh ukuran kemampuan
mengangkut listrik dari sejumlah tertentu elektrolit, disebut hantaran molar.
Dalam hal ini hantaran dinyatakan dalam bentuk jumlah muatan individual yang
diangkut.
Ø Hantaran molar
Meskipun hantaran jenis dapat diukur dengan mudah, tetapi
besaran ini tidak biasa digunakan dalam membahas proses penghantaran dalam
suatu larutan elektrolit. Suatu larutan dengan konsentrasi yang berbeda akan
mempunyai hantaran jenis yang berbeda karena volume larutan dengan konsentrasi
berbeda mengandung jumlah ion yang berbeda. Karena itu untuk memperoleh ukuran
kemampuan mengangkut listrik dari sejumlah tertentu elektrolit, di definisikan
hantaran molar (A).
Dengan C
konsentrasi elektrolit (perhatikan bahwa hantaran molar bukan hantaran jenis
per mol), melainkan hantaran jenis persatuan konsentrasi molar.
Dapat dilihat dari
persamaan :
A = Ls
C
C = konsentrasi molar zat terlarut (mol dm-3
)
Ls = daya hantaran jenis (S m-1 )
A = hantaran molar(S m-1 )
Ø Kebergantungan Hantaran Molar
Terhadap Konsentrasi
Berdasarkan
hantarannya, elektrolit dibedakan menjadi dua, yakni elektrolit kuat
(garam-garam dan sebagian asam seperti nitrat, sulfat, klorida) dan elektrolit
lemah (seperti asam asetat dan asam organik lainnya). Elektrolit kuat mempunyai
hantaran molar yang lebih tinggi dan dengan pengenceran mengalami kenaikan yang
tidak terlalu besar. Sedangkan elektrolit lemah mempunyai hantaran yang jauh
lebih rendah pada konsentrasi tinggi, tetapi nilainya meningkat tajam dengan
semakin encernya larutan (Nugroho, 2010).
Untuk
elektrolit kuat yang tidak mengandung asosiasi ion, konsentrasi ionnya
berbanding lurus dengan konsentrasi elektrolitnya. Hal ini terjadi karena ada
antaraksi diantara ion-ion yang mempengaruhi hantaran jenisnya. Interaksi ini
berubah dengan berubahnya konsentrasi.
Menurut Kohlrausch,
pada pengenceran tak hingga dimana disosiasi untuk semua elektrolit berlangsung
sempurna dan semua gaya antar ion hilang, masing-masing ion dalam larutan
bergerak bebas dan tidak bergantung pada ion pasangannya. Kontribusinya
terhadap daya hantar molar hanya bergantung pada sifat dari ionnya tersebut.
Jadi gaya hantar molar setiap elektrolit pada pengenceran tak hingga merupakan
jumlah dari daya hantar molar ion-ionnya pada pengenceran tak hingga (Nugroho,
2010).
1.2.3.
Titrasi konduktometri
Pengukuran daya hantar dapat digunakan untuk menentukan titik akhir
titrasi. Sebagai contoh kita tinjau titrasi asam basa. Pertama kita kaji dulu
titrasi asam kuat seperti asam klorida (HCI) oleh basa kuat seperti NaOH. Daya
hantar H+ dan OH- jauh lebih besar dari pada
kation-kation dan anion-anion lainnya. Sebelum ditambahkan basa, larutan HCl
mengandung banyak iaon H+ yang menyebabkan daya hantar larutan
tersebut tinggi. Ketika ditambahkan basa ion H+ dari HCl akan
bereaksi dengan OH- dari NaOH membentuk air dan H- yang
bereaksi digantikan oleh Na (dari basa) yang daya hantarnya lebih rendah.
Sehingga daya larutan turun. Demikian seterusnya sampai penambahan basa
mencapai titik ekivalen. Penambahan basa selanjutnya akan meningkatkan kembali
daya hantar karena larutan sekarang kelebihan Na dan OH-.
Konduktivitas suatu
larutan elektrolit pada setiap temperatur hanya bergantung pada ion-ion yang
ada, dan konsentrasi ion-ion tersebut. Bila larutan suatu elektrolit
diencerkan, konduktivitas akan turun karena lebih sedikit ion berada per cm3
larutan untuk membawa arus. Jika semua larutan itu ditaruh antara dua elektrode
yang terpisah 1 cm satu sama lain dan cukup besar untuk mencakup seluruh
larutan, konduktans akan naik selagi larutan diencerkan. Ini sebagian besar
disebabkan oleh berkurangnya efek-efek antar-ionik untuk elektrolit-elektrolit
kuat oleh kenaikan derajat disosiasi untuk elektrolit-elektrolit lemah.
Biasanya konduktometri merupakan prosedur
titrasi, sedangkan konduktansi bukanlah prosedur titrasi. Metode konduktansi
dapat digunakan untuk mengikuti reaksi titrasi jika perbedaan antara
konduktansi cukup besar sebelum dan sesudah penambahan reagen. Tetapan sel
harus diketahui. Berarti selama pengukuran yang berturut-turut tahanan sehingga
I = EL. Satuan dari hantaran (konduktansi) adalah mho (Khopkar, jarak elektroda
harus tetap, tetapi pengenceran akan menyebabkan hantarannya tidak berfungsi
secara linear lagi dengan konsentrasi. Menurut hukum Ohm I = E / R, dimana I
adalah arus dalam ampere, E adalah tegangan dalam volt, dan R adalah tahanan
dalam ohm. Hukum ini berlaku bila difusi dan reaksi elektroda tidak terjadi.
Konduktansi sendiri didefinisikan sebagai kebalikan dari tahanan sehingga I =
EL. Satuan dari hantaran (konduktansi) adalah mho” (Khopkar, 1990).
Selama berjalannya
penetralan, pengendapan dan sebagainya pada umumnya dapat diharapkan perubahan
dalam konduktivitas, dan karenanya ini dapat digunakan dalam penetapan titik
akhir maupun jalannya reaksi. Konduktivitas ini diukur setelah setiap
penambahan suatu volume kecil reagensia, dan titik-titik yang demikian
diperoleh, digambarkan untuk memberi grafik yang terdiri dari dua garis lurus
yang berpotongan pada titik ekivalen. Kontras dengan metode-metode titrasi
potensiometri, tetapi serupa dengan metode-metode titrasi amperometri.
Pengukuran-pengukuran dekat titik ekivalen tak mempunyai makna khusus.
Sesungguhnya, karena hidrolisis, disosiasi, atau kelarutan dari produk-produk
reaksi, nilai-nilai konduktivitas yang diukur didekat sekitar titik-titik
ekivalen biasanya tak berharga dalam menyusun grafik, karena satu atau kedua
kurva akan menunjukkan bagian yang membulat pada titik ini.
Titrasi konduktometri
sangat berguna bila hantaran sebelum dan sesudah reaksi cukup banyak berbeda.
Metode ini kurang bermanfaat untuk larutan dengan konsentrasi ionik terlalu
tinggi, misalkan titrasi Fe3+ dengan KMnO4, di mana perubahan hantaran sebelum
dan sesudah titik ekivalen terlalu kecil dibandingkan besarnya konduktansi
total (Khopkar, 1990).
1.2.4. Konduktivitas
Dalam cairan atau gas,
umumnya terdapat baik ion positif atau ion negatif yang bermuatan tunggal atau
kembar dengan massa
yang sama atau berbeda. Konduktivitas akan terpengaruh oleh semua faktor-faktor
tersebut. Pada konduktor logam, hanya elektron valensi saja yang bebas
bergerak. Dalam semikonduktor , seperti germanium dan silikon, konduksi tadi
lebih kompleks. Dalam struktur kristal, setiap atom mempunyai ikatan kovalen dengan
dua atom yang berdekatan (Sinaga, 2010).
Gambar
1.1 Konduktivitas (a) cairan atau gas, (b) logam, (c) semi konduktor
(Sumber:
Sinaga, 2010)
Ø Konduktivitas Elektrik
Pengukuran konduktivitas elektrik adalah penentuan konduktivitas
spesifik dari larutan. Konduktivitas spesifik adalah kebalikan dari tahanan
untuk 1 cm3 larutan. Pemakaian cara untuk pengukuran ini antara lain
mendeteksi pengotoran air karena zeolit atau zat kimia., seperti limbah
industri, pengolahan air bersih dan lain-lain. Karena ada relevansi antara
konduktivitas dengan konsentrasi suatu larutan, maka untuk menentukan
konsentrasi larutan dapat dilakukan dengan cara mengukur konduktivitas larutan
tersebut. Dalam hal itu hubungan antara konsentrasi dan konduktivitas larutan telah
ditentukan (Sinaga, 2010).
Larutan asam, basa dan garam dikenal sebagai elektrolit yang dapat
menghantarkan arus listrik atau disebut konduktor listrik. Konduktivitas
listrik ditentukan oleh sifat elektrolit suatu larutan, konsentrasi dan suhu
larutan. Pengukuran konduktivitas suatu larutan dapat dilakukan dengan
pengukuran konsentrasi larutan tersebut, yang dinyatakan dengan persen dari
berat, part per million (ppm) atau
satuan lainnya.
Jika harga konduktivitas dari
bermacam konsentrasi larutan elektrolit diketahui, maka untuk menentukan
konsentrasi larutan tersebut dapat dilakukan dengan mengalirkan arus melalui
larutan dan mengukur resistivitas atau konduktivitasnya.
Gambar 1.2 menunjukkan grafik
hubungan antara konduktivitas dan konsentrasi untuk beberapa jenis larutan pada
suhu tertentu.
Gambar 1.2.4
Grafik Hubungan Konduktivitas dengan Konsentrasi
(Sumber:
Sinaga, 2010)
Elemen pertama pada
pengukuran konduktivitas listrik berbentuk konduktivitas sel yang terdiri atas
sepasang elektroda yang luas permukaannya ditetapkan dengan teliti.
Konduktivitas yang diukur dengan sel konduktivitas dinyatakan dengan rumus:
dimana;
k
= konduktivitas (mho/cm)
C
= konduktansi (mho)
A
= Luas elektroda (cm3 )
l
= Jarak antara elektroda (cm)
Dari persamaan diatas, suatu
konduktansi dengan nilai 1 mho dapat dinyatakan sebagai kemampuan hantar dari
zat cair yang berukuran luas penampang 1 cm2 dan jarak 1 cm atau volume zat
cair sebesar 1 cm3 untuk arus 1 ampere dengan tegangan 1 volt. Jika arus
yang dapat dihantarkan lebih besar lagi, maka konduktansinya lebih besar pula.
Jika pada suatu resistor dialirkan arus yang membesar, maka tahanan atau
resistansinya akan mengecil. Hal ini berarti bahwa konduktivitas adalah kebalikan dari dari
resistansi, mho = 1/ohm (Sinaga, 2010).
Ø Perbedaan Larutan Berdasarkan Daya Hantar Listrik (Konduktivitas)
Berdasarkan daya hantar listriknya, larutan dibedakan menjadi 2
golongan yaitu larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. Perbedaan antara
kedua larutan ini terlihat pada table berikut :
Tabel 1.2.4. Perbandingan larutan
elektrolit dan larutan non elektrolit
(Sumber: Sinaga, 2010)
DAFTAR
PUSTAKA
Khopkhar,
SM. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik.
Jakarta : UI Press
Nugroho, Arya. 2010. Larutan Elektrolit.
Sinaga. 2010. Studi Flowmeter Magnetik.
Wynn Resorts - Hospitality
ReplyDeleteWynn Resorts, 이천 출장마사지 Limited. Address. 3131 Las Vegas Blvd. 양주 출장샵 South Las 춘천 출장마사지 Vegas, NV 89109. Phone: *** **** 광주 출장마사지 *** ext: **** ext: ****. Phone: 속초 출장샵 **** ext: ****.